Kamis, 06 Oktober 2022

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 - Coaching Untuk Supervisi Akademik


Calon Guru Penggerak sebagai persiapan pemimpin pembelajaran di masa yang akan datang memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran dan pendidikan ke depannya. Seorang guru penggerak dapat berperan sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antarguru dan mewujudkan kepemimpinan murid. 

Salah satu peran guru penggerak yang sangat penting adalah menjadi coach bagi guru lain. Coaching merupakan suatu percakapan yang bertujuan menggali dan memaksimalkan potensi coachee untuk menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya dalam proses pendidikan. Dalam pendidikan, coaching bertujuan menuntun coachee untuk menemukanide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehendaki. Dalam coaching, terdapat kemitraan yang setara antara coach dan coachee, serta coachee sendiri yang mengambil keputusan. Coach hanya mengarahkan saja, coacheelah yang membuat keputusan sendiri. Proses coaching merupakan suatu percakapan yang dibutuhkan seorang guru dalam pelaksanaan supervisi akademik. Dengan adanya percakapan coaching dalam supervisi akademik, supervisi bisa menjadi suatu sarana bagi guru dalam menggali, mengembangkan, dan memaksimalkan potensinya dalam mengatasi kelemahan-kelemahan dalam dirinya dan dalam proses pembelajarannya di kelas. Percakapan coaching memberikan ruang bagi guru untuk bercerita dengan bebas dan menuangkan ide-idenya secara terbuka. Tentu saja hal ini harus dibarengi dengan pertanyaan dari coach yang berbobot.

Seorang guru (khususnya guru penggerak) harus mengetahui dan mengerti paradigma berpikir coaching, yaitu: 1) fokus pada coachee, 2) bersikap tebuka, 3) bersikap ingin tahu yang lebih banyak, 4) memiliki kesadaran dir yang kuat, dan 5) mampu melihat peluang baru dan masa depan. Selain itu prinsipprinsip coaching juga tak kalah pentingnya diketahui oleh seorang guru, prinsip tersebut yaitu: kemitraan, percakapan kreatif dan memaksimalkan potensi. Selain paradigma dan prinsip caoching, seorang guru sebagai coach juga harus menguasai 4 kompetensi coaching, yaitu 1) kehadiran penuh (presense), 2) mendengarkan aktif, 3) mengajukan pertanyaan berbobot, dan 4) memberdayakan coachee. Ketika seorang guru (coach) telah mengetahui semua itu, barulah dapat menghasilkan percakapan coaching yang baik. Salah satu alur percakapan Coaching yang dapat diterapkan yaitu dengan alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan TAnggung jawab).


Seorang guru dalam melakukan coaching tentu bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang ada. Pembelajaran yang baik seharusnya mampu mengakomodir segala kebutuhan belajar murid. Pembelajaran yang mampu memberikan rasa aman, nyaman, menyenangkan dan penuh makna bagi murid-murid. Pembelajaran yang demikian disebut dengan pembelajran yang berdiferensiasi. Pembelajaran yang berdiferensiasi sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai macam kebutuhan belajar murid. Selain pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran juga harus mampu memberikan pengalaman emosional kepada murid sesuai dengan kondisi sosial di lingkungannya. Pembelajaran yang demikian dapat diwujudkan dengan mengintegrasi Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) dalam pembelajaran di kelas.

Pembelajaran berdiferensiasi terdiri dari diferensiasi konten (materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum), diferensiasi proses (kegiatan yang memungkinkan murid berlatih dan memahami atau memaknai konten), dan diferensiasi produk (bukti yang menunjukkan apa yang murid telah pahami melalui produk, hasi karya yang dihasilkan murid). Asesmen dalam pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dengan Assasment for learning (selama proses pembelajaran berlangsung), dan assesment as learning (penilaian setelah proses pembelajaran seperti refklesi kegaitan pembelajaran)  Sementara itu untuk Pembelajaran Sosial Emosional  terdapat 5 kompetensi sosial dan emosional, yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Kelima kompetensi sosial emosional ini ditemukan dalam program pengembangan anak dan remaja yang terbukti efektif untuk menumbuhkan kecerdasan emosional.

Supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah atau rekan guru sebaiknya menerapkan percakapan coaching di dalamnya. Hal ini berguna untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh guru yang disupervisi (coachee). Hal yang penting juga untuk dibahas dalam coaching adalah pembelajaran berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional ini. Kedua pembelajaran ini sebaiknya dituangkan dalam rencan pembelajaran yang disusun sebelumnya.

Coaching merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk guru. Mengapa saya mengatakan demikian? Karena saya sendiri mengalaminya. Selama pembelajaran modul 2.3 tentang coaching ini, saya merasa bersyukur memperoleh ilmu baru. Selama praktik , saya merasa lebih paham dan lebih mengerti bagaimana menerapkan prinsip dan kompetensi coaching dalam melakukan percakapan coaching. Pengalaman menjadi coach, coachee dan supervisor sangat membantu saya mengerti lebih dalam mengenai coaching ini. Sebelum mempelajari modul 2.1 sampai dengan modul 2.3 ini, saya melakukan pembelajaran dengan menyusun RPP seperti biasanya tanpa menggunakan Pembelajaran Berdiferensiasi dan PSE dalam pembelajaran. Namun setelah adanya praktik percakapan coaching ini, saya paham bawa ternyata pembelajaran berdiferensiasi dan PSE ini sangat penting diterapkan dalam pembelajaran. Keduanya membantu guru dan murid dalam mencapai kualitas pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya. Selain itu dengan menerapkan pembelajaran perdiferensiasi dan PSE ini tercipta suasana belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi guru dan murid. Setelah mempelajari modul 2 ini saya sadar bahwa selama ini pembelajaran yang saya lakukan di kelas ternyata masih jauh dari kesempurnaan. Saya bersyukur dengan adanya modul 2 ini dan berharap kedepannya bisa menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan PSE ini dalam pembelajaran. Begitu juga ketika menemui masalah atau ada rekan yang mengalami kendala dalam pembelajaran, kami dapat melakukan percakapan coaching sehingga ditemukan ide-ide baru dalam mengatasi masalaj-masalah yang muncul dalam pembelajaran dan di lingkungan komunitas praktisi. Seandainya bisa, saya ingin setiap hari melakukan praktik percakapan coaching karena hal tersebut sangat bermanfaat dalam pengembangan diri saya pribadi sebagai seorang guru.

Tentu saja dalam penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi, PSE dan Coaching tidak semudah yang kita bayangkan. Ada banyak hal yang dapat membantu dan menjadi kendala dalam pelaksanaannya. Dari pengalaman yang saya alami selama pembelajaran modul 2 ini, kemungkinan kendala yang dapat saya hadapi di lapangan yaitu: 1) mindset sebagian guru yang masih menganggap bahwa coaching itu merupakan proses konsultasi untuk menemukan solusi, 2) sebagian guru juga menganggap supervisi sebagai proses mencari kesalahan semata bukan untuk menggali potensi dan mengembangkan diri, 2) kurangnya pengetahuan sebagian guru tentang pembelajaran berdiferensiasi dan PSE, dan 3) perlunya banyak latihan coaching agar sesuai dengan pardigma dan prinsip coaching.

Keterampilan Coaching merupakan keterampilan yang penting untuk dikuasai oleh seorang Guru Penggerak sebagai pemimpin pembelajaran. Kompetensi dalam percakapan Coaching sangat diperlukan untuk menjadikan seorang guru penggerak selain menjadi pemimin pembelajaran juga mampu menjadi coach bagi guru yang lain. Coach yang baik adalah coach menguasai keempat kompetensi coaching yang mampu menuntun coachee untuk menggali potensi dalam dirinya untuk menemukan dan merumuskan ide-ide baru ketika dihadapkan pada suatu masalah. Harapannya ke depan Guru Penggerak mampu menguasai kompetensi coaching dan dapat menjadi coach yang andal di lingkungan sekolah dan komunitas praktisi di mana dia berada.

Glosarium:

PSE           : Pembelajaran Sosial Emosional

Coach        pemberi manfaat dan pelaksana kegiatan coaching

Coachee    penerima kegiatan dan manfaat kegiatan coaching

Coaching   kegiatan percakapan yang menstimulasi pemikiran coachee dan 

                    memberdayakan potensi coachee

Mindset      : pola pikir

Supervisor : pengamat, orang yang melakukan observasi dalam supervisi akademik


Berikut penulis sertakan Link yang berkaitan dengan Modul 2
Link Video Percakapan Coaching: 
Link RPP Berdiferensiasi: 
Link RPP PSE:






Tidak ada komentar:

Posting Komentar