Minggu, 28 Agustus 2022

  MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif di sekolah tidaklah berdiri sendiri dalam menciptakan badaya ajar yang baik, melainkan terintegrasi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Budaya positif ini sesuai dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan menuntun anak dengan segala kodratnya (alam dan zaman) untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai manusia dan sebagai masyarakat pada umumnya. Guru penggerak berperan membantu menumbuhkembangkan budaya positif melalui pembelajaran di kelas. Nilai-nilai seperti mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, dibuat menjadi keyakinan kelas dan akan menjadi budaya positif di kelas. Hal ini dapat dijadikan sebagai suatu visi di sekolah. Jika terjadi pelanggaran oleh anak terhadap keyakinan kelas dapat dilalukan segitiga restitusi untuk memperbaikinya. 5 posisi kontrol guru dapat digunakan untuk menerapkan segitiga restitusi ini. Segitiga restitusi ini akan memberi kesan baik dalam diri anak dan mempertinggi rasa tanggung jawab anak, mengembalikan anak pada posisi yang seharusnya sehingga akan menjadi anak yang berhasil di masa depan.

Disiplin positif merupakan pendekatan mendidik anak untuk kontrol diri dan membentuk kepercayaan diri anak. Disiplin positif perlu dibangun dalam lingkungan kelas dan sekolah agar tercipta suasana yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi anak dan warga sekolah. Untuk membangun disiplin positif yang baik dimulai dari kelas dengan menentukan keyakinan kelas bersama antara guru dengan siswa. Dalam membuat keyakinan kelas perlu adanya partisipasi penuh dari siswa sehingga keyakinan kelas yang sudah dibuat dapat diterapkan oleh siswa. Keyakinan kelas sifatnya membangkitkan semangat ketika sesorang membacanya. Selain keyakinan kelas, guru harus mengetahui 5 posisi kontrol guru yaitu sebagai pemberi hukuman, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau dan manajer. Menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan dapat dilakukan dengan memposisikan diri sebagai manajer. Dengan menjadi manajer untuk murid, maka murid akan merasa terpenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia. Kebutuhan dasar manusia ada lima yaitu bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, penguasaan, kebebasan dan kesenangan.

Dengan terciptanya budaya positif di lingkungan kelas dan sekolah,  diharapkan murid dapat terhindar dari berbagai macam pelanggaran. Jika terjadi pelanggaran, sebaiknya guru menghindari pemberian hukuman kepada anak. Sebaiknya guru memposisikan diri sebagai manajer dan menggunakan restitusi sebagai usaha penyelesaian pelanggaran yang dilakukan anak. Restitusi diharapkan mampu mengembalikan anak pada posisi awal yang baik. Dalam restitusi terdapat tiga langkah penyelesaian  yang dikenal nama segitiga restitusi, yaitu 1) menstabilkan identitas (stabilize the identity), menurut teori kontrol kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan, 2) validasi tindakan yang salah (validate the misbehaviour), menyatakan semua perilaku memiliki alasan, dan 3) menanyakan keyakinan (seek the belief) bahwa kita semua memiliki motivasi internal. Berikut gambaran dari segitiga restitusi:


RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA

 

Judul Modul          : 1.4 Budaya Positif

Peserta                  : Guru dan Siswa Kelas 5 SD Inpres Pandoandoang

Nama Kegiatan       : Budaya Positif melalui Keyakinan Kelas

 

A.   Latar Belakang

Guru adalah pamong bagi murid yang berperan menuntun segala kodrat yang dimiliki murid (alam dan zaman) untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang nyaman, aman dan menyenangkan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui keyakinan kelas. Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal yang bersifat lebih abstrak daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif. Dengan adanya keyakinan kelas murid akan senantiasa melaksanakan menurut apa yang mereka yakini benar. Murid akan menaati apa yang tertuang dalam keyakinan kelas karena semua itu dihasilkan dari kesepakatan-kesepakatan antara guru dan murid.

B.   Tujuan:

1. Mewujudkan budaya positif di kelas agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan kondusif;

2. Melatih tanggung jawab dan kedisiplinan murid untuk senantiasa melaksanakan budaya positif di manapun dia berada;

3.    Meningkatkan semangat belajar murid; dan

4.   Memberikan contoh kepada kelas lain atau seluruh warga sekolah dalam hal budaya positif di kelas.

C.   Liminasa tindakan yang akan dilakukan:

1. Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah terkait ide aksi nyata yang akan dilaksanakan (meminta izin, masukan dan saran terkait kegiatan aksi nyata budaya positif di kelas);

2. Berkoordinasi dengan semua guru dan tenaga kependidikan di sekolah tentang rencana kegiatan aksi nyata budaya positif;

3.  Merumuskan keyakinan kelas bersama murid terkait budaya positif di kelas dan di sekolah;

4. Guru menanyakan kepada murid tentang hal-hal yang diinginkan, menciptakan “Kelas Impianku”;

5.    Guru menanyakan kepada murid tentang tantangan, hambatan dan keluhan di kelas maupun di sekolah;

6.   Murid menuliskan budaya positif yang akan disepakati menjadi keyakinan kelas di kertas yang telah disediakan;

7.   Kertas hasil pendapat siswa disatukan dan dibuat kata kunci dari setiap pendapat yang ada;

8.    Menuliskan keyakinan kelas dalam bentuk poster;

9.  Poster yang telah dibuat dan disepakati sebagai keyakinan kelas, ditampilkan di dinding kelas.

D.   Tolak Ukur Keberhasilan

1.    Sebagian besar murid melaksanakan keyakinan kelas yang telah dituliskan;

2.   Terjadi perubahan tingkah laku murid yang sering melanggar menjadi lebih baik;

3.  Semakin berkurangnya tindakan pelanggaran yang dilakukan murid setelah disepakatinya keyakinan kelas.

E.   Dukungan yang dibutuhkan

1.  Alat dan bahan untuk membuat poster (seperti kertas, gunting, spidol, pulpen, penggaris, lem, dan lain sebagainya)

2.    Dukungan dari kepala sekolah dan rekan-rekan guru;

3.    Adanya motivasi intrinsik dan minat dari murid;

4.    Adanya teladan dari guru di sekolah;

5.    Dukungan dan kerjasama dari orang tua murid;

6.    Sarana dan prasarana yang menunjang dari sekolah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar